Kamis, 26 Maret 2015

Grup dan Plangi

Mudah emosi
Dan mudah diacak-acak...

Jujur banget ni kakak deskripsikan aku
Walau kalimat kedua ga sepenuhnya benar tapi aku memang selalu sadar memainkan emosi itu


"Apa sih yang dimaksud dengan emosi?"
Luapan perasaan berupa bangga, suka, senang, histeria, sedih, kecewa, marah, kesal, bete adalah sebagian besar dari emosi

Antagonis sudah terlanjur berjalan. Walau peran keibuan itu tetap saja asik kulakukan. Tak peduli mungkin apa kata orang. Jika salah cara sampaikan kebenaran, memang bisa jadi tak akan teraih manfaatnya. Entah ya, kok pasca aku menerima kabar ada duel antara kedua temanku, sebut saja Bona dan Andita, kok akunya malah bukannya sebisa mungkin hindari. Malah tertular. Entah jadi sekedar kompensasi. Entah ekses dari ke-kaget-an yang belum juga kunjung aku tuntaskan.

Iya, kaget dengan perubahan seseorang yang bagiku terlalu drastis. Ya ga perlu kaget banget juga, karena memang semenjak bareng berorganisasipun, sikap getir itu kerap dilontar. Gaya seakan santai lembut tapi penuh ironisme sindiran itu memang kerap keluar. Jadi buat apa sekarang emosi. Ga ada yang tahu akhir dari kita semua. Dia atau kita yang menjadi lebih baik lillaahi ta'ala. Yaa...semoga kita semua ya aamiin...

Perubahan...kata ini begitu klise bagiku. Eh elu berubah donk..... Kamu kenapa sih belum berubah.
Haah..sadar tidak sadar kita kerap terjebak mengatakan ini, entah pada diri atau oranglain. Aku sendiri sangat ngga nyaman dengan pemaksaan itu. Emang elu siapa berhak bilang or nyuruh gw berubah... Bukan urusan gue-adalah hypnotiswords yang sekarang lagi digiatkan beberapa aktivis yang mau fokus dengan issue yang mau mereka kokohkan. Pun semalam, habis aku dihajar kakak satu ini dengan semua profiling dia tentang aku. Hahaha...senang dan lega karena Allah selalu hadirkan orang-orang yang sebenarnya peduli akan aku. Akan keerroranku yang kadang eh sering mungkin, menjadi mainan orang yang telah menepi jauh dari jalan dakwah ini.

Back to emotion...jika aku mau pencet tombol silent maka aku bisa lebih silent dari seribu arca dan sejuta batu membatu. Aku pun bisa hanya diam tak peduli padamu atau bahkan tentang diriku sendiri. Aku pernah beberapa kali kawan. Dan rasanya bagai mati perlahan dalam sekam yang terbakar di luar tapi begitu dingin di jiwa. Jika sanggar Kanvas adalah Tebet-Grogol yang tinggal lurus atau Tebet-Lenteng Agung, sudah larut pasti aku dalam eksploitasi energiku yang terlalu membara ini.

Syukurlah aku menyukai belajar hal yang harus disadari itu WAJIB. Tidak telat belajar ilmu dan wawasan seputar kehamilan, kelahiran, baby, asi, mpasi, dll...menjadi hiburanku tersendiri, di kala masih banyak wanita atau pasutri sangat sukses akan karirnya, besar namanya. Tapi tunduh ketika bingung kenapa asi sang bunda tak keluar, panik ketika sang baby baru demam. Inikah sombong?.. Ah bukan kawan, tapi bentuk penyadaranku bahwa walau ini tak berbayar, tak bernama, tapi kala pagi buta atau dini hari hpku masih trang tring menerima curhatan atau tanya seputar itu. Disitu saya merasa berdaya. Tapi disini juga sering merasa sedih... Duh Bunda, ilmu sejatimu adalah menjadi ibu...adapun gelar mastermu hanyalah aksesoris dunia

Di obrolan itu, entah kenapa emosiku yang tersalur bisa begitu ringan, hangat dan lembut menyejukkan, ini rasaku sendiri. Memberi ilmu wawasan dan pengalamanku seputar itu sangat membuat otak dan hatiku berjalan sinergis tanpa ada intervensi ego negatif. Terbayang dibenakku hanya sang baby sedang menangis dihadapanku, dan tugasku kesadaranku tuk menjadikan tangisnya menjadi lantunan tawa lucu nan gelak khas baby ^_^ (ah Allah, aku rindu itu dari rahimku sendiri)

Sebelum, mata ini memanas dan mencairkan es di mataku. Baiknya disambung lagi nanti dengan bahasan berbeda. Ya, obrolan semalam dengan kakak, sebut saja Ikhfa, memberi banyak kunci untuk banyak bilik mimpi yang terkunci dengan kunci yang banyak terserak hilang. Hanya karena aku tersita akan urusan orang yang pasti selalu ada perbedaan di antara kita. Dan ini seperti lanjutan diskusi dengan seorang adik, yang jelas mengatakanku ga cocok kerja kantoran -.-" wkwkw dan memang benar...

Emosi ini harus dituang dalam percakapan bedrdaya ^_^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar