Jumat, 11 September 2015

(belum berjudul_0)

rintik gerimis mengundang
kekasih di malam ini
kita menari dlm rindu yang indah...
jika kau di sini aku tenang...

re re....tunggu, aku mau jelasin...smua itu udah clear, uda selesai, finished! jelas Arga hampir memekik. tangannya masih mengepal dan muka memarah. agak kontradiktif dengan aksen mukanya yang menahan amarah tapi juga semburat mohon...

re, aku uda ga ada apa-apa lagi. toh ngapain juga sekarang dia uda nikah. 

tere masih diam, kaku dan hela nafas satu persatunya tampak dibuat-buat. yakin akan keputusannya tapi sudut hatinya masih tersimpan rapi harapan dan cinta tuk pria yang kini berdiri lurus di hadapannya. sekali lagi tere hanya bisa mengulum bibirnya yang entah berapa lama tak disentuh pemiliknya. tere memejam sekali lagi. membuyarkan semua mimpinya akan rumah hangat dengan dekor vintage dan nuansa country, dengan taplak meja kotak-kotak berhias aplikasi bunga hasil kreasinya.... tere sekali lagi masih sekuat raga dan jiwa melepaskan semua asa dan angan indah itu

-------
sebulan setelah menikah...

Mas, mimpimu apa? hmm apa yah, anak dan istri ayah bisa hidup berkecukupan dan bunda ckup di rumah merawat membesarkan dan mendidik anak2 kita. Ayah dluar mencari nafkah dan pengennya punya usaha sendiri. mendengar itu tere sangat lega, mimpi yang sederhana tapi itulah sewajarnya mimpi keluarga manapun, sederhana bahagia dan tak muluk...
memang, kalo bunda apa?
hmm klo bunda kan uda jelas tertuang di proposal kmaren, emang ayah ga baca? ngga, dan dia pun terkekeh saat rona tere memerah bercampur kesal. 
hmm, klo bunda diluar dari yg tertulis di cv, bunda pengen punya rumah di asal bunda dilahirkan dan pengen punya mobil sendiri agar bisa anterin mama bapak nanti yang kian menua..mobil yang membawa manfaat tuk banyak orang, ummat dan dakwah ini. gumam tere sambil melanjutkan me-review satu persatu list orderan gamis-gamisnya.

-------

Rere menjalani masa kecil dengan kerlap kerlip lampu yang beragam warna. bagai neon sign jika dia kini menyibak semua peristiwa kecil hingga besar yang pernah Allah beri tuk ia kecap. Senyum lepas terukir di parasnya yang cukup manis, tak sangat cantik tapi juga dikatakan charming kalo kata teman2nya. Rere sadar, ia penuh dengan banyak mimpi tapi juga tahu ia tak mampu memetakan semua talentanya dengan baik. Rere hanya tahu ia belajar dan melahap semua info yang masuk. hingga saat ini bersuamikan Arga, Rere masih terus berusaha belajar di setiap bidang yang ia rasa ia mampu berkarya. Secuek apapun Arga kini, ia hanya berdoa, keikhlasan terus Allah tancapkan dalam di dadanya.

Mas, mas maunya gimana...aku harus melakukan apalagi? semua ini tak bisa hanya satu arah, takkan bisa hanya satu pihak yang mengusahakan...

Cinta itu menguat ketika keduanya saling menjaga dan merawat bersama cinta dan buah cintanya. tak ada cinta bisa bertahan ketika satu pihak terus berlari sedangkan satunya tak lagi mau menoleh apalagi berhenti dan berjalan bersama saling bergandengan.

Rere, cuma bisa mendekap buah hatinya dalam setiap tidur malamnya

(belum berjudul_1)

" hai Rere..apakabarmu? maaf aku lama tak membalas pesan2mu dan e-mailmu yang masuk ke inboxku. Internetku mati Re..uda hampir 1-2bulan ini. Yah tepatnya dicabut. Jadi bagaimana dan di mana dirimu sekarang....?"

Rere tersenyum segaris tipis, tipisnya seperti tarikan pensil tangan bocah yang baru belajar menulis. Saking tipisnya tak ada beda dengan miris. Apalagi yang bisa kubagi denganmu Ta, yang ada aku hanya terus mengurangi jatahku berteman denganmu. Karena mata telinga dan hatimu selalu kian luas untuk menampungku dan kisah haruku. Sedangkan kamu selalu ada tanpa menuliskan tangismu di diariku. ah Gita..aku kangen kamu banget Ta. Kangen tatapan binar kamu ketika kamu melihatku ceria. Kangen juga aku ditatap nanar amarah matamu ketika kamu tahu,aku sahabat rapuhmu ini, belum berhenti juga disakiti.

" hamdulillah aku begini Ta, baik dalam setiap penderitaan sekalipun, kebaikan itu akan selalu menjaga kita kan ketika kita terus yakin Allah hanya ingin membuat kita makin mendekat padaNya...aku tetap berpijak Ta di bumi indah kita ini. Dengan atau tanpa cinta manusia....tentu masih ada cintamu tuk aku ini kan Ta...."

Tangan Rere lantas kaku saat ia mengingat janji itu lagi. Janji pada sebuah nyawa yang kini telah Allah genggam erat. Bisa apa aku kini, selain dari menjaga kehormatan ini. Semua yang telah ia bangun lalu dirubuhkan wanita itu, bangun lagi dan dirubuhkan lagi, ia cukupkan di lahan ini. Ya, Rere kali ini merasa ia perlu berpikir ulang. Semuanya terpatri kuat sekuat ia mau menghapusnya. GTH that woman, elu bukan sesiapa yang pantas habisin waktu gue...Time flies Re, dan kamu masih juga belum beranjak. Desah perlahannya membuat gemericik air tak dapat ia dengar. "Reeeeeee..lo ngapain aja sih dari tadiiii... itu air uda meleber kayak apaaan tau!!!"



*see u next part....