Rabu, 07 Januari 2015

mulai

bismillaah....

Terasa tenang ketika aku mengucap basmallah di setiap gerak mata, hati or laku yg akan kuperbuat. Mengalir lembut hati karena ingat pada Pemilik Kesempatan. Pikiran akan lebih tertata, ucap tersusun (lebih) baik dan langkah kaki terasa ringan karena jelas hendak kemana...

Saat lelah mencari apa blogku terdahulu...kini kuputuskan tuk menyambung via lazuarheen ini. Biru walau fisik sudah banyak kutinggalkan setelah menikah, tapi kini entah mengapa ia datang menggoda lagi. Bukan karena ada gadis biru bernama chika yang ternyata konsisten membiru dari kecil hingga kini. Lebih kepada karena jaman aku banyak sematkan biru di tubuh ini, ketenangan ini lebih bermain. Ketimbang ketika aku bercerah ria. Merah tetap bagiku warna deep bukan cerah :P

Jadi ini masih tentang aku dan biru...yah, nonton Beijing kedua kalinya karena ingin habiskan sore kemarin dengan kakak pertamaku. Ia hanya datang semalam tuk jemput buah hatinya, aku sempatkan tuk ajak ia ke Kokas nonton film ini. Tidak peduli harus beda jauh nomat di Kokas dg XXI lain yang "cuma" 25ribu perak, yang penting kebahagiaan bisa senyum dan menitik air haru bersama kakakku ini bisa kunikmati.

Sampai pada pancingan Fiqih, teman kampus yang inshaAllah masih bergeliat di dunia syi'ar ini mencoba angkat (pentingnya) film Assalamualaikum Beijing. Memang sih, ini asumsiku aja beliau lagi on mission celetuk minta pandangan teman-teman lain tentang film ini. Paling tidak aku mendapat bridge tuk bisa berseloroh hehehe...( ini aku lupa sebenere makna seloroh lebih negatif or positif y.. -.-' ). Sempat tak beriak sampai akhirnya ada kawan, sebut saja Ida.. menimpali dengan jelas perbedaan pandangannya terhadap renunganku.

Yah itu hanya renungan dan memang benar diperkuat dengan prinsip menonton (penting banget vq dah nyebutnya :D), aku mencoba paparkan pentingnya kita -sebagai umat muslim esp (pernah) aktivis berkerudung or berjenggot, halah- untuk menyambut baik itikad dan usaha insan seniman dakwiyah....

Sekali lagi..ini masalah kebiasaan menurutku. Kebebasan juga memandang ini prinsip atau hak asasi. Aku hanya tau..sejak kecil aku membaca cerpen cerbung or novel. Aku berimajinasi, akan sangat barokah sekali jika setiap film or sinetron dimana tokohnya pastilah ada pasangan2 suami istri. Mereka ga terbentur hukum sentuh non mahram...hahahha utopis idealis yah...

Satu sisi aku sangat suka memerhatikan mimik, intonasi, Body Language (BL), dan segala bentuk performa pendukung akting....dan itu justru bisa terbuktikan ketika misal A bukan istri sesungguhnya di dunia nyata tapi bisa bak romantis alami bersama X yang menjadi suaminya di sebuah film. Mereka tetap berakting total... yunowat lah next ktika aku benturkan dgn prinsip2 mahram dan interaksi beda jenis. Disini aku berpikir sampai kapan seni dan islam bisa benar2 berdamai...

hmm....permulaan menulis ini...ternyata membuat tangan dan serakan kata2 di benakku saling berkejaran. ya, Allaah makasihku padaMu takkan usai..karena enam bulan ini aku bertemu dengan mereka yang memiliki berjuta keindahan makna...

Alhamdulillaah....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar